Popular Post

Popular Posts

Posted by : ilham.rezky Rabu, 21 Oktober 2015

Dewasa kini, seiring dengan cepatnya arus globalisasi yang memasuki Indonesia, para mahasiswa Indonesia sangat memerlukan adanya sebuah revolusi mental.

1. Mengapa Mahasiswa Membutuhkan Revolusi Mental?
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa mahasiswa memerlukan revolusi mental, antara lain :
1. Secara ideologi, mahasiswa Indonesia sekarang ini banyak yang telah teracuni oleh nilai-nilai ideologi asing, baik ideologi liberalisme-kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan aliran keagamaan yang fanatis, militan dan radikal. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa yang memiliki pola pikir dan pola tindak liberalis, kebarat-baratan, kekiri-kirian, dan bahkan mudah terprovokasi oleh paham radikal keagamaan, seperti paham terorisme, fundamentalisme dan gerakan ISIS.
2. Secara politik, mahasiswa Indonesia tidak sedikit yang terkotak-kotak oleh kepentingan politik praktis dari elit politik tertentu. Aspirasi yang digelorakan sekarang ini tidak semuanya murni untuk kepentingan rakyat, namun telah banyak yang ditunggangi oleh kepentingan politik yang justru telah merugikan eksistensi pergerakan mahasiswa yang luhur, murni, obyektif seperti pada masa lalu.
3. Secara ekonomi, mahasiswa Indonesia tidak jarang yang kurang memiliki daya saing, etos kerja, dan jiwa kewirausahaan. Mahasiswa Indonesia saat ini belum semuanya siap menghadapi kompetisi global, perdagangan bebas, dan pasar bebas. Tidak semua mahasiswa memiliki inovasi, kreasi, terobosan kreatif dan sikap progresif dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
4. Secara sosial budaya, mahasiswa Indonesia tidak sedikit yang berorientasi pada nilai-nilai individualisme, konsumerisme, hedonisme, dan materialisme. Nilai-nilai toleransi, musyawarah mufakat, tenggang rasa, sopan, santun dan ramah telah hilang berganti dengan kekerasan, anarkisme dan kebrutalan yang kadangkala melanggar hukum, seperti tawuran antar pelajar/mahasiswa, penganiayaan, pengrusakan, terlibat narkoba, miras, dan prostitusi. Mahasiswa telah mengalami krisis karakter dan krisis jati diri sehingga perlu dilakukan revolusi mental.

2. Nilai-Nilai Revolusi Mental Apa Yang Harus Ditanamkan Kepada Mahasiswa?
Nilai-nilai revolusi mental yang harus ditanamkan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa sebenarnya harus didasarkan pada konsepsi trisaksi yang telah dicetuskan oleh Soekarno dan digelorakan kembali oleh pemerintahan Jokowi-JK. Visi trisakti yang memfokuskan pada tiga pilar harus dihidupkan kembali, dijabarkan kembali, diaplikasikan kembali, dan dioperasionalkan kembali sesuai dengan konteks kekinian, khususnya sesuai dengan konteks kemahasiswaan saat ini, antara lain :
1. Mahasiswa Berdaulat Secara Politik. Artinya, diperlukan nilai-nilai kejuangan, kebangsaan, nasionalisme, patriotisme, dan bela negara yang harus ditanamkan kepada semua mahasiswa Indonesia agar supaya menjadi benteng dan filter dalam menghadapi nilai-nilai global yang berasal dari nilai-nilai asing, seperti liberalisme-kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan nilai-nilai fanatisme-radikalisme-fundamentalisme agama. Melalui bingkai persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa, maka mahasiswa tidak akan mudah terkotak-kotak oleh kepentingan politik elit dalam politik praktis. Hal ini dilakukan untuk menjaga, memelihara, dan mengamankan keyakinan mahasiswa yang berdaulat dengan memegang teguh empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI).
2. Mahasiswa Berdikari Secara Ekonomi. Maknanya, diperlukan nilai-nilai inovasi, kreasi, dan invensi (penemuan baru) yang harus ditanamkan kepada semua mahasiswa Indonesia agar supaya memiliki daya saing, etos kerja, dan jiwa kewirausahaan bangsa untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul sehingga akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan nasional di tengah tantangan pasar bebas dan perdagangan bebas. Penyiapan sumber daya manusia yang inovatif, kreatif dan enterprenuership akan menciptakan mahasiswa yang berdikari.
3. Mahasiswa Berkeperibadian Secara Budaya. Maksudnya, diperlukan nilai-nilai toleransi, gotong royong, tenggang rasa, humanis, protagonis, sopan, santun, dan simpatik yang harus ditanamkan kepada semua mahasiswa Indonesia agar supaya memiliki jiwa, hati, mental, karakter, dan moral yang baik, benar, unggul, manusiawi, beradab dan bermartabat sehingga akan mampu membentengi jati diri dan identitas bangsa dari ancaman invidualisme, liberalisme, materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Penyiapan mind set, culture set, pola pikir, dan cara pandang yang berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal yang dibingkai dalam semangat, rasa dan paham kebangsaan akan mampu membentuk mahasiswa yang berkepribadian.

3. Bagaimana Strategi Menanamkan Revolusi Mental Kepada Mahasiswa?
Strategi menanamkan nilai-nilai revolusi mental kepada mahasiswa harus dilakukan secara sistematis, logis, dialogis, dan interaktif, dimulai dari pra mahasiswa, saat mahasiswa, dan pasca mahasiswa, yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pra Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental baik pada saat pelajar telah melaksanakan Ujian Nasional (UN) di sekolah dan pada saat mahasiswa mengikuti orientasi pengenalan kampus (pada masa lalu disebut dengan Ospek). Pada saat pelajar selesai melaksanakan UN, maka banyak waktu luang sehingga alangkah lebih baiknya dipergunakan oleh pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) untuk menyelenggarakan kegiatan pembekalan, sosialisasi, dan internalisasi nilai-nilai revolusi mental dengan penekanan pada wawasan kebangsaan dan bela negara. Selanjutnya, ketika mahasiswa berada di perguruan tinggi, calon mahasiswa diberikan semacam penataran wawasan kebangsaan dan bela negara yang waktunya cukup memadai, misalnya 2 hari untuk melakukan pemahaman / penghayatan / penjiwaan wawasan kebangsaan dan 2 hari untuk pelatihan fisik / kesamaptaan / jasmani yang fokus pada bela negara.
2. Saat Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental saat mahasiswa mengikuti mata kuliah pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan. Dalam mata kuliah dasar umum ini, setiap mahasiswa harus dibekali dengan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara yang tentunya mensyaratkan adanya modul, SAP, GBPP pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan yang mengarahkan nilai-nilai revolusi mental untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan bela negara. Para dosen di kampus memegang peran penting dalam menanamkan nilai-nilai revolusi mental secara nyata, kongkret, operasional, dengan bahasa lugas, dan mudah dicerna oleh mahasiswa sehingga tidak membosankan, karena selama ini mahasiswa bosan dengan pelajaran pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan oleh dosen secara monoton, satu arah, dan dengan bahasa dewa-dewa sehingga sulit membumi (down to earth).
3. Pasca Mahasiswa. Pada tahap ini, sebenarnya dapat dilakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental setelah mahasiswa selesai melaksanakan perkuliahan dan ujian skripsi sehingga tinggal menunggu wisuda. Sebelum mahasiswa melaksanakan prosesi wisuda maka diperlukan waktu satu hari untuk menanamkan nilai-nilai revolusi mental yang berbasis pada wawasan kebangsaan dan bela negara berupa pembekalan, sosialisasi maupun pelatihan wawasan kebangsaan dan bela negara, sehingga akan menjadi bekal bagi para mahasiswa / calon wisudawan untuk terjun ke tengah masyarakat dan di dunia kerjanya masing-masing. Harapannya, para mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai revolusi mental dapat diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan kerjanya masing-masing ke depannya nanti.

4. Apa Saja Kesiapan Yang Dibutuhkan Untuk Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental Kepada Mahasiswa?
Terdapat beberapa kesiapan yang dibutuhkan untuk melakukan penanaman nilai-nilai revolusi mental kepada mahasiswa yang harus terpenuhi agar supaya program ini berjalan dengan lancar, antara lain :
1. Kesiapan Instrumental. Dalam kaitan ini, dibutuhkan payung hukum, landasan yuridis dan aturan hukum yang jelas, kongkret dan kuat dalam memayungi proses penanaman revolusi mental kepada para mahasiswa berupa penyusunan, pembahasan dan pengesahan UU Komponen Cadangan (UU Komcad), UU Komponen Pendukung (Komduk), UU Bela Negara, UU Wawasan Nusantara, maupun berbagai aturan perundang-undangan lain yang terkait. Hal ini penting dibuat agar supaya terdapat pedoman, pegangan, dan koridor dalam melakukan sosialisasi, internalisasi, dan pelatihan nilai-nilai revolusi mental terhadap mahasiswa.
2. Kesiapan Struktural. Dalam kaitan ini, dibutuhkan kelembagaan yang permanen, absah, dan ada di tingkat pusat dan daerah berupa Badan Penanaman Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara (BPWKBN) di pusat maupun di daerah (Propinsi, Kabupaten / Kota) yang memiliki tugas, fungsi dan kewenangan menyelenggarakan pembinaan, sosialisasi, koordinasi, supervisi, evaluasi, pengawasan, dan pengendalian penanaman nilai-nilai revolusi mental guna membentuk karakter mahasiswa yang berwawasan kebangsaan dan berkesadaran bela negara. Badan ini merupakan badan negara yang bersifat nasional dan didanai oleh anggaran pemerintah dalam APBN.
3. Kesiapan Kultural. Dalam kaitan ini, dibutuhkan persepsi, pandangan, dan sikap masyarakat, kelompok masyarakat, ormas, LSM dan semua komponen bangsa yang positif, mendukung dan membantu ide, gagasan, dan program penanaman nilai-nilai revolusi mental di kalangan mahasiswa. Semua pihak, khususnya dunia pendidikan di kampus dan di kalangan mahasiswa harus menilai bahwa program ini sangat baik dan bermanfaat bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia mengingat mahasisw merupakan generasi penerus bangsa dan aset insani bangsa yang tidak ternilai dengan apapun sehingga harus digodok, digembleng, dididik, dilatih dan dibina melalui revolusi mental sehingga berwawasan kebangsaan dan berkesadaran bela negara. Artinya, mind set dan  cara pandang lama yang menyatakan bahwa penanaman wawasan kebangsaan dan bela negara sebagai upaya untuk militer masuk politik harus dikikis dan dibuang jauh-jauh karena era / jaman telah berubah dan terdapat keharmonisan yang erat, solid, dan kokoh antara sipil dan militer. Program ini merupakan murni untuk kepentingan bangsa dan negara, tanpa ada pretensi politik praktis.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © More Information , More Knowledge - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -